TEORI BELAJAR SIBERNETIK DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN
BAB I
PENDAHULUAN
Pembelajaran
merupakan upaya membelajarkan siswa. Untuk membelajarkan seseorang, diperlukan
pijakan teori agar apa yang dilakukan guru, dosen, pelatih, instruktur maupun
siapa saja yang berkeinginan untuk membelajarkan orang dapat berhasil dengan
baik. Ada dua pijakan teori yang dapat dijadikan pegangan agar pembelajaran
berhasil dengan baik. Kedua teori tersebut adalah teori belajar yang bersifat
deskriptif. Teori ini memberikan bagaimana seseorang melakukan kegiatan
belajar. Teori belajar yang banyak diterapkan oleh para ahli pembelajaran itu
meliputi teori behavioristik, teori kognitivistik, teori humanistik, dan teori
belajar sibernatik. Semua teori belajar tersebut memiliki aplikasi yang
berbeda-beda dalam kegiatan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan teori
belajar sibernatik sebagaiman akan dipaparkan oleh penyusun dalam makalah ini.
Pada makalah
ini akan dikaji tentang pandangan teori sibernatik terhadap proses belajar dan
aplikasinya dalam kegiatan pembelajaran. Pembahasan diarahkan pada hal-hal
seperti pengertian belajar menurut teori sibernatik, aliran-aliran sibernatik,
aplikasi teori belajar sibernetik, implementasi teori sibernatik dalam
pembelajaran. Kegiatan makalah ini diakhiri dengan memaparkan keunggulan dan
kelemahan teori sibernetik dalam kegiatan pembelajaran.
Makalah ini
bertujuan kepada semua pendidik diharapkan memiliki kemampuan untuk mengkaji
hakekat belajar menurut teori sibernetik dan penerapannya dalam kegiatan
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Belajar Menurut Teori Sibernetik
Istilah
sibernetika berasal dari bahasa Yunani (Cybernetics
berarti pilot). Istilah Cybernetics
yang diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi sibernetika, pertama kali
digunakan th.1945 oleh Nobert Wiener dalam bukunya yang berjudul Cybernetics. Nobert mendefinisikan Cybernetics sebagai berikut, "
The study of control and communication in the animal and the machine." Istilah sibernetika digunakan
juga oleh Alan Scrivener (2002) dalam bukunya 'A Curriculum for Cybernetics and
Systems Theory.' Sebagai berikut "Study
of systems which can be mapped using loops (or more complicated looping
structures) in the network defining the flow of information. Systems of
automatic control will of necessity use at least one loop of information flow
providing feedback." Artinya studi mengenai sistem yang bisa dipetakan
menggunakan loops (berbagai putaran) atau susunan sistem putaran yang rumit
dalam jaringan yang menjelaskan arus informasi. Sistem pengontrol secara
otomatis akan bermanfaat, satu putaran informasi minimal akan menghasilkan
feedback. Sementara Ludwig Bertalanffy memandang fungsi sibernetik dalam
berkomunikasi. "Cybernetics is a theory of control systems based on
communication (transfer of information) between systems and environment and
within the system, and control (feedback) of the system's function in regard to
environment. Sibernetika
adalah teori sistem pengontrol yang didasarkan pada komunikasi (penyampaian
informasi) antara sistem dan lingkungan dan antar sistem, pengontrol (feedback) dari sistem berfungsi dengan
memperhatikan lingkungan.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
Seiring perkembangan teknologi informasi yang diluncurkan oleh para ilmuwan dari Amerika sejak tahun 1966, penggunaan komputer sebagai media untuk menyampaikan informasi berkembang pesat. Teknologi ini juga dimanfaatkan dunia pendidikan terutama guru untuk berkomunikasi sesama relasi, mencari handout (buku materi ajar), menerangkan materi pelajaran atau pelatihan, bahkan untuk mengevaluasi hasil belajar siswa. Prinsip dasar teori sibernetik yaitu menghargai adanya 'perbedaan', bahwa suatu hal akan memiliki perbedaan dengan yang lainnya, atau bahwa sesuatu akan berubah seiring perkembangan waktu. Pembelajaran digambarkan sebagai : INPUT => PROSES => OUTPUT.
Teori
sibernetik diimplementasikan dalam beberapa pendekatan pengajaran (teaching approach) dan metode
pembelajaran, yang sudah banyak diterapkan di Indonesia. Misalnya virtual
learning, e-learning, dll.
Menurut teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yaitu mementingkan proses belajar dari
pada hasil belajar. Proses belajar memang penting dalam teori sibernetik, namun
yang lebih utama lagi adalah sistem informasi yang akan dipelajari siswa.
1. Asumsi lain
dari teori sibernetik adalah bahwa tidak ada satu proses belajarpun yang ideal untuk
situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan
oleh sistem informasi, sebuah informasi mungkin akan dipelajari oleh seorang
siswa dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama mungkin akan
dipelajari siswa lain melalui proses belajar yang berbeda.
2. Aliran-Aliran
Teori Sibernetik, Dalam bentuknya yang lebih praktis, teori sibernetik telah
dikembangkan oleh Landa (dalam pendekatan yang disebut algoritmik dan heuristik),
Pask dan Scott (dengan pembagian siswa tipe menyeluruh atau wholist dan tipe
serial serialist), atau pendekatan-pendekatan lain yang berorientasi pada
pengelolaan informasi.
2.1. Teori
belajar menurut Landa.
Menurut
Landa, ada dua macam proses berfikir, di antaranya :
a. Proses
berpikir algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap,
linear, konvergen, lurus enuju kesatu target tujuan tertentu.
Contoh: kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
Contoh: kegiatan menelepon, menjalankan mesin mobil, dan lain-lain.
b. Cara
berpikir heuristik, yaitu cara berpikir devergen, menuju beberapa target tujuan
sekaligus. Memahami suatu konsep yang mengandung arti ganda dan penafsiran
biasanya menuntut seseorang untuk menggunakan cara berpikir heuristik.
Contoh: Operasi pemilihan
atribut geonetri, penemuan cara-cara pemecahan masalah, dan lan-lain.
Proses belajar akan berjalan
dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau masalah yang hendak dipecahkan
diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat disajikan dalam urutan
teratur, linier, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan dalam bentuk
terbuka dan memberi keleluasan kepada siswa untuk berimajinasi dan berfikir.
2.2. Teori
belajar menurut Pask dan Scott
Menurut Pask dan Scott, ada
dua macam cara berpikir yaitu cara berpikir serialis dan cara berpikir wholist
atau menyeleruh. Pendekatan serialis yang dikemukakannya memiliki kesamaan
dengan pendekatan algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist)
adalah berpikir yang cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap
sebuah sistem informasi.
-
Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari
tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus.
-
Sedangkan siswatipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori
belajar dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan
dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu
sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari teori ini memandang manusia sebagai pengolahan informasi,
pemikir, dan pencipta. Sehingga
diasumsikan manusia mampu mengolah, menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
B. Aplikasi Teori Belajar
Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran.
Aplikasi Teori Belajar Sibernetik dalam Kegiatan Pembelajaran
sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
sebagaimana yang dikemukakan oleh Suciati dan Prasetya Irwan (2001) baik diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan
tujuan-tujuan pembelajaran
2. Menentukan
materi pembelajaran
3. Mengkaji
sistem informasi yang terkandung dalam materi pelajaran
4. Menentukan
pendekatan belajar yang sesuai dengan sistem informasi tersebut (apakah
algoritmik atau heuristik)
5. Menyusun
materi pelajaran dalam urutan yang sesuai dengan sistem informasinya.
6. Menyajikan
materi dan membimbing siswa belajar dengan pola yang sesuai dengan urutan
materi pelajaran.
C. Implementasi Teori Sibernetik
dalam Kegiatan Pembelajaran
Dalam implementasinya, teori belajar sibernetik telah dikembangkan oleh
beberapa tokoh, diantaranya adalah pendekatan-pendekatan yang berorientasi pada
pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Gage dan Berline, Biehler, Snowman,
Baine, dan Tennyson.
Teori pemrosesan informasi umumnya berpijak pada tiga asumsi, yaitu:
1. Bahwa antara
stimulus dan respon berpijak pada tiga asumsi, yaitu: Pemrosesan informasi
dimana pada masing-masing tahapan dibutuhkan sejumlah waktu tertentu.
2. Stimulus
yang diproses melalui tahap-tahapan tadi akan mengalami perubahan bentuk
ataupun isinya.
3. Salah satu
dari tahapan mempunyai kapasitas yang terbatas.
Dati ketiga asumsi tersebut, dikembangkan teori tentang komponen.
Komponen struktur dan pengatur alur pemrosesan informasi (proses kontrol).
Komponen-komponen pemrosesan informasi dipilih berdasarkan perbedaan fungsi,
kapasitas bentuk informasi, serta proses terjadinya “lupa” dan Ketiga
komponen tesebut adalah:
a. Sensory Recoptor (SR)
Sensory Recptor (SR) merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima dari luar. Di
dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam waktu sangat
singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
b. Warking Memory (WM)
Working Memory (WM) diasumsikan mampu menangkap informasi yang diberi perhatian oleh
individu. Karakteristik WM adalah memiliki kapasitas terbatas (informasi hanya
mampu bertahan kurang lebih 15 detik tanpa pengulangan) dan informasi dapat
disandi dalam bentuk yang berbeda dari stimulus aslinya. Artinya agar informasi
dapat bertahan dalam WM, upayakan jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping
melakukan pengulangan.
c.
Long Term
Memory (LTM)
Dalam Long Term Memory (LTM) diasumsikan :
1) Berisi semua
pengetahuan yang telah dimiliki individu
2) Mempunyai
kapasitas tidak terbatas
3) Sekali
informasi disimpan di dalam LTM, ia tidak akan pernah terhapus atau hilang.
Persoalan lupa pada tahapan ini disebabkan oleh kesulitan atau kegagalan
memunculkan kembali informasi yang diperlukan. Sejalan dengan teori pemrosesan
informasi, Asubel (1968) mengemukakan bahwa perolehan pengetahuan baru
merupakan fungsi struktur kognitif yang telah dimiliki individu.
Berpijak pada kajian diatas, Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.
Berpijak pada kajian diatas, Reigeluth dan Stein (1983) mengatakan bahwa pengetahuan ditata di dalam struktur kognitif secara hirarkhis. Ini berarti pengetahuan yang lebih umum dan abstrak yang diperoleh lebih dulu oleh individu dapat mempermudah perolehan pengetahuan baru yang rinci.
Proses pengelolaan informasi dalam ingatan dimulai dari proses
penyandian informasi (encoding),
diikuti dengan penyimpanan informasi (stroge),
dan diakhiri dengan mengungkapkan kembali informasi-informasi yang telah
disimpan dalam ingatan (retrival).
Teori belajar pemrosesan informasi mendeskripsikan tindakan belajar
merupakan proses internal yang mencakup beberapa tahapan. Tahapan dalam
peristiwa pembelajaran sebagai cara-cara eksternal yang berpotensi mendukung
proses-proses internal dalam kegiatan belajar adalah :
1.
Menarik perhatian
2.
Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
3.
Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4.
Menyajikan bahan rangsanyan
5.
Memberikan bimbingan belajar
6.
Mendorong unjuk kerja
7.
Memberikan balikan informative
8.
Menilai unjuk kerja
9.
Meningkatkan retensi dan alih belajar
Keunggulan strategi pembelajaran yang berpijak pada teori pemrosesan
informasi, antara lain :.
1.
Cara berpikir yang berorientasi pada prses lebih menonjol
2.
Penyajian pengetahuan memenuhi aspek ekonomis
3.
Kapabilitas belajar dapat disajikan lebih lengkap
4.
Adanya keterarahan seluruh kegiatan belajar kepada tujuan yang ingin
dicapai
5.
Adanya transfer belajar pada lingkungan kehidupan yang sesungguhnya
6.
Kontrol belajar memungkinkan belajar sesuai irama masing-masing individu
7.
Balikan informatif memberikan rambu-rambu yang jelas tentang tingkat
unjuk kerja yang telah dicapai dibandingkan dengan unjuk kerja yang diharapkan.
Implementasi teori belajar sibernetik yang berikutnya dalam kegiatan
pembelajaran dikembangkan oleh konsepsi Landa dalam model pendekatannya yang
disebut algoritmik dan heuristik juga temasuk teori sibernitik. Pask dan Scott
yang membagi siswa menjadi tipe menyeluruh atau “Wholist” dan tipe serial atau “serialist”
juga menganut teori sibernetik sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
D. Kelebihan dan Kelemahan Teori
Sibernitik dalam Kegiatan Pembelajaran
a. Keunggulan
- Setiap
orang bisa memilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan untuk dirinya,
dengan mengakses melalui internet pembelajaran serta modulnya dari berbagai
penjuru dunia.
- Pembelajaran
bisa disajikan dengan menarik, interaktif dan komunikatif. Dengan
animasi-animasi multimedia dan interferensi audio, siswa tidak akan bosan duduk
berjam-jam mempelajari modul yang disajikan.
- Menganggap
dunia sebagai sebuah 'global village',
dimana masyarakatnya bisa saling mengenal satu sama lain, bisa saling
berkomunikai dengan mudah, dan pembelajaran bisa dilakukan dimana saja tanpa
dibatasi ruang dan waktu, sepanjang sarana pembelajaran mendukung.
- Buku-buku
materi ajar atau sumber pembelajaran lainnya bisa diperoleh secara autentik
(sesuai aslinya), cepat dan murah.
- Ketika bertanya atau merespon
pertanyaan guru atau instruktur, secara psikologis siswa akan lebih berani
mengungkapkanya, karena siswa tidak akan merasa takut salah dan menanggung
akibat dari kesalahannya secara langsung.
b. Kelemahan
Teori aliran ini dikritik karena tidak secara langsung membahas tentang
proses belajar sehingga menyulitkan dalam penerapan. Ulasan teori ini cenderung
ke dunia psikologi dan informasi dengan mencoba melihat mekanisme kerja otak.
Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.
Karena pengetahuan dan pemahaman akan mekanisme ini sangat terbatas maka terbatas pula kemampuan untuk menerapkan teori ini.
Pada akhirnya, masing-masing aliran teori belajar ini mengandung
keunggulan-keunggulan dan kelemhan-kelemahannya sendiri yang harus kita ketahui
untuk dapat mengkombinasikan dalam penerapannya dengan pendekatan belajar yang
lain sehingga dicapai hasil proses belajar yang lebih baik.
BAB III
PENUTUP
Teori
belajar sibernetik merupakan teori belajar yang relatif baru dibandingkan
teori-teori belajar lainnya. Teori ini berkembang sejalan dengan perkembangan
teknologi dan informasi. Teori ini mementingkan sistem informasi dari pesan
atau materi yang dipelajari. Oleh sebab itu, teori sibernatik berasumsi bahwa
tidak ada satu jenispun cara belajar yang ideal untuk segala situasi. Sebab caa
belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Teori ini
kemudian dikembangkan oleh tokoh-tokoh aliran teori sibernetik anta lain Landa,
Pask dan Scott berdasarkan konsepsi-konsepsinya. Konsepsi Landa dengan model
pendekatan tipe serialist dan whoslist. Selanjutnya, teori sibernatik
dipertegas melalui aplikasi teori pengelohan informasi dalam pembelajaran
antara lain dirumuskan dalam teori Gagne dan Briggs yang mendeskripsikan adanya
kapabilitas belajar, peristiwa pembelajaran, dan pengorganisasian/urutan
pembelajaran.
C. Asri Budingsih (2002), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: FIP UNY.
Hamzah B. Uno, (2006) Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara, 2006
Internet, Teori Sibernetik, P.1 (tanggal 21 Desember 2008) http://tujuhpemuda.multiply.com/yournal/item/3/teori-sibernetik
http://wishing99blogspot.com/2008/05/laporanbacaan buku-judul-teori-belajar.html
Suciati dan Irwan, P. (2001), Teori Belajar dan Motivasi, Jakarta: Depdiknas, Dirjen PT, PAU.
0 komentar:
Posting Komentar