KEGAGALAN BELAJAR DAN KETIDAKMAMPUAN BELAJAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh
peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan
sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan
intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluagra, kebiasaan dan pendekatan
belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa
lainnya.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh
setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai
ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan dan gangguan tersebut
di alami oleh siswa tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar.
Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan
belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus – kasus
tertentu, siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya maka bantuan guru
atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa.
B. Rumusan
Masalah
- Apa pengertian diagnosa kesulitan belajar?
- Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
- Bagaimana cara mengenali anak didik yang mengalami kesulitan
belajar?
- Apa saja upaya mengatasi kesulitan belajar?
C. Tujuan
Penulisan Makalah
- Untuk mengetahui pengertian diagnosa kesulitan belajar
- Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
- Untuk mengetahui ciri-ciri anak didik yang mengalami kesulitan
belajar
- Untuk mengetahui upaya mengatasi kesulitan belajar
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
diagnosa belajar
Kata diagnosa berasal dari bahasa Yunani yaitu
penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-gejala atau proses
pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres.[1]
The national joint committee for learning disabilities merumuskan bahwa
kesulitan belajar adalah kesulitan nyata dalam kemahiran dan penggunaan
kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, berfikir, kemampuan matematis
karena disfungsi sistem saraf pusat.[2]
Dalam bahasa yang sangat sederhana dan ringkas, kesulita belajar adalah suatu
keadaan dimana seseorang tidak dapat melakukan proses belajar sebagaimana
mestinya disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.[3]
Dengan demikian secara terminologis Diagnosa kesulitan
belajar adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh guru atau penyuluhan terhadap
murid yang diduga mengalami kesulitan belajar untuk menentukan jenis dan
kekhususan kesulitan belajar yang dihadapi.[4]
B. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesulitan belajar
secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya kesulitan belajar sebagai berikut:
- Faktor intern yaitu faktor yang terjadi dari dalam individu yang
terdiri dari:
a. Kesulitan
belajar yang disebabkan oleh sakit dan fisik yang kurang sehat. jika seseorang
mengalami gangguan kesehatan maka syaraf sensorif dan motorisnya lemah yang
berakibat rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke
otak.
b. Kesulitan
belajar yang disebabkan oleh kondisi fisik yang lemah seperti kurang gizi,
lemas , yang mengakibatkan cepat letih, kurang konsentrasi, mengantuk dan
sering pusing. Hal ini akan mengakibatkan penerimaan dan respon belajar kurang
sehingga saraf tidak mampu bekerja secara optimal.
c. Kesulitan
belajar yang disebabkan oleh cacat fisik yang berupa cacata tubuh ringan
seperti rabun dekat, rabun jauh, kurang mendengar, dan cacat tubuh permanen
seperti butu, tuli dan bisu. Mereka yang mengalami cacat tubuh ringan harus
diperlakukan khusus seperti duduk di depan, sedankan mereka yang memiliki cacat
tubuh permanen maka ia harus menjalani pendidikan di lembaga pendidikan khusus
(SLB).
d. Kesulitan
belajar yang disebabkan oleh gangguan yang bersifat psikologis yang terdiri
dari:
- Intelegensi
Rendahnya intelegensi dapat mengakibatkan anak didik
mengalami kesulitan belajar untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
- Bakar
Seseorang yang tidak mempunyai bakat yang sesuai dengan subyek pelajaran
yang sedang dipelajari maka akan mengakibatkan kesulitan belajar karena ia
cenderung butuh waktu relatif lama untuk dapat menguasai pelajaran itu.
- Minat
Seseorang yang tidak memiliki minat terhadap subyek
pelajaran maka ia akan tidak merasakan adanya kebutuhan pelajaran
itu. Hal ini dapat menghilangkan atau mengurangi keseriusan dan kasenangannya
dalam belajar.
- Motivasi
Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi maka ia akan
serius untuk belajar. Jika seseorang memiliki motivasi rendah maka
ia kurang semangat dan tidak sungguh-sungguh dalam belajar.[5]
- Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu yakni
semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung
aktifitas belajar siswa, meliputi:
a. Faktor
lingkungan keluarga seperti cara orang tuanya mendidik anaknya, hubungan orang
tua dan anak, keharmonisan keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor
sekolah seperti hubungan guru dengan murid, media pengajaran, kualifikasi guru,
kondisi gedung, kurikulum, kedisiplinan guru, kompetensi guru barik kompetensi
personal, profesional, maupun kompetensi moral.
c. Faktor
lingkungan sosial dan media massa serta teman bergaul, tetangga, aktifitas di
masyarakat, televisi, bioskop dan surat kabar.[6]
C. Cara
mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar
Anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat
diidentifikasikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
- Menunjukkan prestasi yang rendah di bawah rata-rata yang dicapai
oleh kelompok kelas.
- Lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas sehingga ia sering tertinggal
dalam pelajaran.
- Menunjukkan sikap yang acuh, dusta, kurang konsentrasi dan tidak
semangat.
- Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan,
misalnya seorang anak didik yang belajar keras namun hasilnya tetap
rendah.
- Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi yang secara potensial
mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi tetapi kenyataannya
mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
- Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi
untuk sebagian besar mata pelajaran tetapi di lain waktu prestasi
belajarnya menurun drastis.[7]
D. Upaya
mengatasi kesulitan belajar
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang di alami oleh
siswa, maka pertama kali harus dilakukan identifikasi terhadap keadaan siswa
yang menunjukkan kesulitan belajar. Proses identifikasi inilah yang disebut
dengan diagnosa yang bertujuan untuk menentukan jenis kesulitan belajar yang
dialami oleh siswa.
Dalam diagnosis kesulitan belajar siswa, dikenal
dengan langkah-langkah yang di antaranya direkomendasikan sebagai berikut:
- Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa
ketika mengikuti pelajaran.
- Memeriksa penglihatan dan pendengaran sisiwa yang diyakini
mengalami gangguan kedua indera itu.
- Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk
mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
- Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) bagi anak yang diyakini memiliki
IQ di bawah rata-rata.
- Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal
keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.[8]
Mulyono Abdurrahman mengutip Barbara Clark, menawarkan
pendidikan intelegensi sebagai suatu sistem pendidikan yang diyakini sebagai
upaya mengatasi kesulitan belajar. Pendidikan tipe ini merupakan upaya
integrasi antara pemikiran barat yang rasional dengan pemikiran timur yang
intuitif. Pendidikan integratif ditafsirkan sebagai pendidikan yang berupaya:
- Mengintegrasikan antara anak yang tidak normal dengan normal
- Mengintegrasikan pendidikan luar biasa dengan pendidikan pada
umumnya.
- Mengintegrasikan dan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi,
jasmani dan intuisi.
- Mengintegrasikan anak didik sebagai makhluk individual dan makhluk
sosial.
- Mengintegrasikan antara subjek/materi pelajaran dengan kehidupan
masa depan anak.
- Mengintegrasikan antara falsafah dan pandangan hidup dengan seni.[9]
Sedangkan Abu Ahmadi menawarkan langkah-langkah untuk
mengatais kesulitan belajar sebagai berikut:
- Pengumpulan data yang terdiri dari observasi, kunjungan rumah, case
study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, tugas
kelompok, melaksanakan tes.
- Pengolahan data yang terdiri dari identifikasi kasus, membandingkan
antara kasus, memandingkan dengan hasil tes dan menarik kesimpulan.
- Diagnosis yang meliputi keputusan tentang jenis kesulitan belajar
anak, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak, dan faktor penyebab
utama kesulitan belajar anak dengan meminta bantuan dokter, psikiater,
pekerja sosial guru kelas dan orang tua.
- Prognosis sebagai follow up dari diagnosis untuk menentukan
treatment yang harus diberikan, bahan materi yang diperlukan, metode yang
digunakan, alat bantu belajar yang diperlukan, waktu dan tempat
pelaksanaan.
- Treatment (perlakuan) dilakukan melalui bimbingan belajar kelompok,
bimbingan belajar individual, pengajaran remedial pelajaran tertentu,
bimbingan pribadi atas kesulitan belajar secara psikologis, dan bimbingan
orang tua.[10]
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan
meneliti (memeriksa) gejala-gejala atau proses pemeriksaan terhadap hal yang
dipandang tidak beres. Sedangkan kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana
seseorang tidak dapat melakukan proses belajar sebagaimana mestinya. Jadi
diagnosis kesulitan belajar adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh guru atau
penyuluh terhadap murid yang diduga mengalami kesulitan belajar untuk
menentukan jenis dan kekhususan kesulitan belajar yang dihadapi.
Faktor-faktor timbulnya kesulitan belajar yaitu dari
faktor intern meliputi gangguan fisik dan psikologis. Dan faktor ekstern
meliputi faktor keluarga, sekolah dan lingkungan sosial.
Anak didi yang mengalami kesulitan belajar dapat
diidentifikasikan dengan ciri-ciri anak didik menunjukkan prestasi yang rendah
dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas, lambat menyelesaikan
tugas-tugas di kelas, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang
dilakukan, dan menunjukkan sikap acuh tak acuh, dusta, kurang konsentrasi dan
tidak semangat.
Untuk mengatasi kesulitan belajar diperlukan beberapa
langkah diantaranya:
- Melakukan
observasi kelas
- Memeriksa
penglihatan dan pandangan siswa
- Memberikan
tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
- Memberikan
tes kemampuan intelengensi (IQ)
B. Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan
penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran
dari pembaca dan pembimbing kami harapkan sehingga tanpa dukungan dan saran
pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai kesempurnaan.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis selalu mengharap
ridha-Nya, semoga dari penulisan yang terbatas ini, bisa mendatangkan manfaat
yang tiada batas. Amien...
DAFTAR PUSTAKA
- Abdurrahman,
Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta,
2003
- Ahmadi,
Abu. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2003
- Djamarah,
Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2002
- Said,
Bustami . Buku Ajar Prinsip – Prinsip Pengelolaan Pembelajaran. Pamekasan
: Stain Pamekasan Press, 2006
- Syah,
Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007
[1] Bustami Said, Buku Ajar Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pembelajaran,
(Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2006), hlm., 55
[2] Muchlis Shalihin, Buku Ajar Psikologi Belajar PAI, (Pamekasan :
Stain Pamekasan Press, 2006), hlm., 58
[9] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2003), hlm., 118
[10] Ahmadi, Psikologi Belajar, hlm., 97 -
100
0 komentar:
Posting Komentar