Jumat, 01 Februari 2013

Kegagalan Belajar dan Ketidakmampuan Belajar


KEGAGALAN BELAJAR DAN KETIDAKMAMPUAN BELAJAR


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Setiap siswa pada prinsipnya tentu berhak memperoleh peluang untuk mencapai kinerja akademik yang memuaskan. Namun dari kenyataan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa itu memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluagra, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya.
Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan dan gangguan tersebut di alami oleh siswa tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Pada tingkat tertentu memang ada siswa yang dapat mengatasi kesulitan belajarnya tanpa harus melibatkan orang lain. Tetapi pada kasus – kasus tertentu, siswa belum mampu mengatasi kesulitan belajarnya maka bantuan guru atau orang lain sangat diperlukan oleh siswa.

B. Rumusan Masalah
  1. Apa pengertian diagnosa kesulitan belajar?
  2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar?
  3. Bagaimana cara mengenali anak didik yang mengalami kesulitan belajar?
  4. Apa saja upaya mengatasi kesulitan belajar?

C. Tujuan Penulisan Makalah
  1. Untuk mengetahui pengertian diagnosa kesulitan belajar
  2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
  3. Untuk mengetahui ciri-ciri anak didik yang mengalami kesulitan belajar
  4. Untuk mengetahui upaya mengatasi kesulitan belajar

 
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian diagnosa belajar
Kata diagnosa berasal dari bahasa Yunani yaitu penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-gejala atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres.[1] The national joint committee for learning disabilities merumuskan bahwa kesulitan belajar adalah kesulitan nyata dalam kemahiran dan penggunaan kemampuan mendengar, berbicara, membaca, menulis, berfikir, kemampuan matematis karena disfungsi sistem saraf pusat.[2] Dalam bahasa yang sangat sederhana dan ringkas, kesulita belajar adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat melakukan proses belajar sebagaimana mestinya disebabkan adanya ancaman, hambatan ataupun gangguan dalam belajar.[3]
Dengan demikian secara terminologis Diagnosa kesulitan belajar adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh guru atau penyuluhan terhadap murid yang diduga mengalami kesulitan belajar untuk menentukan jenis dan kekhususan kesulitan belajar yang dihadapi.[4]

B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar
secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kesulitan belajar sebagai berikut:
  1. Faktor intern yaitu faktor yang terjadi dari dalam individu yang terdiri dari:
a. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh sakit dan fisik yang kurang sehat. jika seseorang mengalami gangguan kesehatan maka syaraf sensorif dan motorisnya lemah yang berakibat rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat diteruskan ke otak.
b. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh kondisi fisik yang lemah seperti kurang gizi, lemas , yang mengakibatkan cepat letih, kurang konsentrasi, mengantuk dan sering pusing. Hal ini akan mengakibatkan penerimaan dan respon belajar kurang sehingga saraf tidak mampu bekerja secara optimal.
c. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh cacat fisik yang berupa cacata tubuh ringan seperti rabun dekat, rabun jauh, kurang mendengar, dan cacat tubuh permanen seperti butu, tuli dan bisu. Mereka yang mengalami cacat tubuh ringan harus diperlakukan khusus seperti duduk di depan, sedankan mereka yang memiliki cacat tubuh permanen maka ia harus menjalani pendidikan di lembaga pendidikan khusus (SLB).
d. Kesulitan belajar yang disebabkan oleh gangguan yang bersifat psikologis yang terdiri dari:
- Intelegensi
Rendahnya intelegensi dapat mengakibatkan anak didik mengalami kesulitan belajar untuk mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung.
- Bakar
Seseorang yang tidak mempunyai bakat yang sesuai dengan subyek pelajaran yang sedang dipelajari maka akan mengakibatkan kesulitan belajar karena ia cenderung butuh waktu relatif lama untuk dapat menguasai pelajaran itu.
- Minat
Seseorang yang tidak memiliki minat terhadap subyek pelajaran maka ia akan tidak merasakan adanya kebutuhan pelajaran itu. Hal ini dapat menghilangkan atau mengurangi keseriusan dan kasenangannya dalam belajar.
- Motivasi
Seseorang yang mempunyai motivasi tinggi maka ia akan serius untuk belajar. Jika seseorang memiliki motivasi rendah maka ia kurang semangat dan tidak sungguh-sungguh dalam belajar.[5]

  1. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar individu yakni semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktifitas belajar siswa, meliputi:
a. Faktor lingkungan keluarga seperti cara orang tuanya mendidik anaknya, hubungan orang tua dan anak, keharmonisan keluarga, dan keadaan ekonomi keluarga.
b. Faktor sekolah seperti hubungan guru dengan murid, media pengajaran, kualifikasi guru, kondisi gedung, kurikulum, kedisiplinan guru, kompetensi guru barik kompetensi personal, profesional, maupun kompetensi moral.
c. Faktor lingkungan sosial dan media massa serta teman bergaul, tetangga, aktifitas di masyarakat, televisi, bioskop dan surat kabar.[6]

C. Cara mengenal anak didik yang mengalami kesulitan belajar
Anak didik yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasikan dengan ciri-ciri sebagai berikut:
  1. Menunjukkan prestasi yang rendah di bawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
  2. Lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas di kelas sehingga ia sering tertinggal dalam pelajaran.
  3. Menunjukkan sikap yang acuh, dusta, kurang konsentrasi dan tidak semangat.
  4. Hasil yang dicapai tidak sesuai dengan usaha yang dilakukan, misalnya seorang anak didik yang belajar keras namun hasilnya tetap rendah.
  5. Anak didik yang tergolong memiliki IQ tinggi yang secara potensial mereka seharusnya meraih prestasi belajar yang tinggi tetapi kenyataannya mereka mendapatkan prestasi belajar yang rendah.
  6. Anak didik yang selalu menunjukkan prestasi belajar yang tinggi untuk sebagian besar mata pelajaran tetapi di lain waktu prestasi belajarnya menurun drastis.[7]

D. Upaya mengatasi kesulitan belajar
Untuk mengatasi kesulitan belajar yang di alami oleh siswa, maka pertama kali harus dilakukan identifikasi terhadap keadaan siswa yang menunjukkan kesulitan belajar. Proses identifikasi inilah yang disebut dengan diagnosa yang bertujuan untuk menentukan jenis kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.
Dalam diagnosis kesulitan belajar siswa, dikenal dengan langkah-langkah yang di antaranya direkomendasikan sebagai berikut:
  1. Melakukan observasi kelas untuk melihat prilaku menyimpang siswa ketika mengikuti pelajaran.
  2. Memeriksa penglihatan dan pendengaran sisiwa yang diyakini mengalami gangguan kedua indera itu.
  3. Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan belajar yang dialami siswa.
  4. Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) bagi anak yang diyakini memiliki IQ di bawah rata-rata.
  5. Mewawancarai orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin menimbulkan kesulitan belajar.[8]
Mulyono Abdurrahman mengutip Barbara Clark, menawarkan pendidikan intelegensi sebagai suatu sistem pendidikan yang diyakini sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar. Pendidikan tipe ini merupakan upaya integrasi antara pemikiran barat yang rasional dengan pemikiran timur yang intuitif. Pendidikan integratif ditafsirkan sebagai pendidikan yang berupaya:
  1. Mengintegrasikan antara anak yang tidak normal dengan normal
  2. Mengintegrasikan pendidikan luar biasa dengan pendidikan pada umumnya.
  3. Mengintegrasikan dan mengoptimalkan perkembangan kognisi, emosi, jasmani dan intuisi.
  4. Mengintegrasikan anak didik sebagai makhluk individual dan makhluk sosial.
  5. Mengintegrasikan antara subjek/materi pelajaran dengan kehidupan masa depan anak.
  6. Mengintegrasikan antara falsafah dan pandangan hidup dengan seni.[9]
Sedangkan Abu Ahmadi menawarkan langkah-langkah untuk mengatais kesulitan belajar sebagai berikut:
  1. Pengumpulan data yang terdiri dari observasi, kunjungan rumah, case study, case history, daftar pribadi, meneliti pekerjaan anak, tugas kelompok, melaksanakan tes.
  2. Pengolahan data yang terdiri dari identifikasi kasus, membandingkan antara kasus, memandingkan dengan hasil tes dan menarik kesimpulan.
  3. Diagnosis yang meliputi keputusan tentang jenis kesulitan belajar anak, faktor-faktor penyebab kesulitan belajar anak, dan faktor penyebab utama kesulitan belajar anak dengan meminta bantuan dokter, psikiater, pekerja sosial guru kelas dan orang tua.
  4. Prognosis sebagai follow up dari diagnosis untuk menentukan treatment yang harus diberikan, bahan materi yang diperlukan, metode yang digunakan, alat bantu belajar yang diperlukan, waktu dan tempat pelaksanaan.
  5. Treatment (perlakuan) dilakukan melalui bimbingan belajar kelompok, bimbingan belajar individual, pengajaran remedial pelajaran tertentu, bimbingan pribadi atas kesulitan belajar secara psikologis, dan bimbingan orang tua.[10]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Diagnosis adalah penentuan jenis penyakit dengan meneliti (memeriksa) gejala-gejala atau proses pemeriksaan terhadap hal yang dipandang tidak beres. Sedangkan kesulitan belajar adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat melakukan proses belajar sebagaimana mestinya. Jadi diagnosis kesulitan belajar adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh guru atau penyuluh terhadap murid yang diduga mengalami kesulitan belajar untuk menentukan jenis dan kekhususan kesulitan belajar yang dihadapi.
Faktor-faktor timbulnya kesulitan belajar yaitu dari faktor intern meliputi gangguan fisik dan psikologis. Dan faktor ekstern meliputi faktor keluarga, sekolah dan lingkungan sosial.
Anak didi yang mengalami kesulitan belajar dapat diidentifikasikan dengan ciri-ciri anak didik menunjukkan prestasi yang rendah dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas, lambat menyelesaikan tugas-tugas di kelas, hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, dan menunjukkan sikap acuh tak acuh, dusta, kurang konsentrasi dan tidak semangat.
Untuk mengatasi kesulitan belajar diperlukan beberapa langkah diantaranya:
- Melakukan observasi kelas
- Memeriksa penglihatan dan pandangan siswa
- Memberikan tes diagnostik bidang kecakapan tertentu
- Memberikan tes kemampuan intelengensi (IQ)

B. Saran
Kami sebagai penulis apabila dalam penulisan dan penyusunan makalah ini terdapat kekurangan dan kelebihan maka kritik dan saran dari pembaca dan pembimbing kami harapkan sehingga tanpa dukungan dan saran pembimbing sangat jauh bagi kami untuk mencapai kesempurnaan.
Akhirnya, hanya kepada Allah penulis selalu mengharap ridha-Nya, semoga dari penulisan yang terbatas ini, bisa mendatangkan manfaat yang tiada batas. Amien...





DAFTAR PUSTAKA

- Abdurrahman, Mulyono. Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2003
- Ahmadi, Abu. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2003
- Djamarah, Syaiful Bahri. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta, 2002
- Said, Bustami . Buku Ajar Prinsip – Prinsip Pengelolaan Pembelajaran. Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2006
- Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007


[1] Bustami Said, Buku Ajar Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pembelajaran, (Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2006), hlm., 55
[2] Muchlis Shalihin, Buku Ajar Psikologi Belajar PAI, (Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2006), hlm., 58
[3] Abu Ahmadi, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm., 77
[4] Said, Buku Ajar Prinsip-prinsip, hlm., 55
[5] Shalihin, Buku Ajar Psikologi, hlm., 58 - 60
[6] Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007), hlm., 183
[7] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2002), hlm., 213
[8] Syah, Psikologi Belajar, hlm., 183
[9] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, (Jakarta : Rineka Cipta, 2003), hlm., 118
[10] Ahmadi, Psikologi Belajar, hlm., 97 - 100

0 komentar:

Posting Komentar