Peran Guru BK di SMA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional
no. 20 tahun 2003 pasal 3 dinyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Mahaesa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Sejalan
dengan tujuan pendidikan nasional maka dirumuskan tujuan kepada siswa untuk
mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara
dan anggota umat manusia serta mempersiapkan untuk menjadi sumber daya alam
yang berkualitas. Sumber daya alam yang berkualitas adalah sumber daya manusia,
maka diperlukan peningkatan sumber daya manusia Indonesia sebagai kekayaan
negara yang kekal dan sebagai investasi untuk mencapai kemajuan bangsa.
Bimbingan konseling
adalah salah satu komponen yang penting dalam proses pendidikan sebagai suatu
sistem. Bimbingan merupakan bantuan kepada individu dalam menghadapi
persoalan-persoalan yang dapat timbul dalam hidupnya. Bantuan semacam itu
sangat tepat jika diberikan di sekolah, supaya setiap siswa lebih berkembang ke
arah yang semaksimal mungkin. Dengan demikian bimbingan menjadi bidang layanan
khusus dalam keseluruhan kegiatan pendidikan sekolah yang ditangani oleh
tenaga-tenaga ahli dalam bidang tersebut.
Dalam konteks pemberian
layanan bimbingan konseling, Prayitno (1997:35-36) mengatakan bahwa pemberian
layanan bimbingan konseling meliputi layanan orientasi, informasi, penempatan
dan penyaluran, pembelajaran, konseling perorangan, bimbingan kelompok, dan
konseling kelompok. Guru Sekolah Menengah harus melaksanakan ketujuh layanan
bimbingan konseling tersebut agar setiap permasalahan yang dihadapi siswa dapat
diantisipasi sedini mungkin sehingga tidak menggangu jalannya proses
pembelajaran. Dengan demikian siswa dapat mencapai prestasi belajar secara
optimal tanpa mengalami hambatan dan permasalahan pembelajaran yang cukup
berarti.
Dalam Pedoman Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan bidang Bimbingan Konseling tersirat bahwa suatu
sistem layanan bimbingan dan konseling berbasis kompetensi tidak mungkin akan
tercipta dan tercapai dengan baik apabila tidak memiliki sistem pengelolaan
yang bermutu. Artinya, hal itu perlu dilakukan secara jelas, sistematis, dan
terarah. Untuk itu diperlukan guru pembimbing yang profesional dalam mengelola
kegiatan Bimbingan Konseling berbasis kompetensi.
Berdasar latar belakang
tersebut di atas, penulis tergerak untuk melakukan telaah mengenai peran guru
Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah.
2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka persoalan mendasar yang hendak ditelaah dalam makalah ini
adalah bagaimana peran guru Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah?
PEMBAHASAN
1.
Hakikat Bimbingan dan Konsling
M.
Surya (1988:12) berpendapat bahwa bimbingan adalah suatu proses pemberian atau
layanan bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang
dibimbing agar tercapai perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan
lingkungan.
Bimbingan
ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu
dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam
kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000:193).
Bimbingan
adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu
dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari
beberapa pendapat di atas dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan dalam
penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu
agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa
agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance),
mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self
realization).
Konseling
adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang
ahli kepada individu yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien (Prayitno, 1997:106).
Konseling
merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada seseorang supaya dia memperoleh
konsep diri dan kepercayaan pada diri sendiri, untuk dimanfaatkan olehnya dan
memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang (Mungin Eddy Wibowo,
1986:39). Dari pengertin tersebut, dapat penulis sampaikan ciri-ciri pokok
konseling, yaitu:
(1)
adanya bantuan dari seorang ahli,
(2)
proses pemberian bantuan dilakukan dengan
wawancara konseling,
(3)
bantuan diberikan kepada individu yang mengalami
masalah agar memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri dalam mengatasi
masalah guna memperbaiki tingkah lakunya di masa yang akan datang.
2.
Perlunya Bimbingan dan Konseling
Jika
ditinjau secara mendalam, setidaknya ada tiga hal utama yang melatarbelakangi perlunya
bimbingan yakni tinjauan secara umum, sosio kultural dan aspek psikologis.
Secara umum, latar belakang perlunya bimbingan berhubungan erat dengan
pencapaian tujuan pendidikan nasional, yaitu: meningkatkan kualitas sumber daya
manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras,
tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani
dan rohani.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut sudah barang tentu perlu
mengintegrasikan seluruh komponen yang ada dalam pendidikan, salah satunya
komponen bimbingan. Bila dicermati dari sudut sosio kultural, yang melatar
belakangi perlunya proses bimbingan adalah adanya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang pesat sehingga berdampak disetiap dimensi kehidupan. Hal
tersebut semakin diperparah dengan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi,
sementara laju lapangan pekerjaan relatif menetap.
Menurut Tim MKDK IKIP Semarang (1990:5-9) ada lima hal yang
melatarbelakangi perlunya layanan bimbingan di sekolah yakni:
(1)
masalah perkembangan individu,
(2)
masalah perbedaan individual,
(3)
masalah kebutuhan individu,
(4)
masalah penyesuaian diri dan kelainan tingkah
laku, dan
(5)
masalah belajar
3.
Fungsi Bimbingan dan Konseling
Sugiyo dkk (1987:14) menyatakan bahwa ada tiga fungsi
bimbingan dan konseling, yaitu :
a.
Fungsi penyaluran ( distributif )
Fungsi
penyaluran ialah fungsi bimbingan dalam membantu menyalurkan siswa-siswa dalam
memilih program-program pendidikan yang ada di sekolah, memilih jurusan
sekolah, memilih jenis sekolah sambungan ataupun lapangan kerja yang sesuai
dengan bakat, minat, cita-cita dan ciri- ciri kepribadiannya. Di samping itu
fungsi ini meliputi pula bantuan untuk memiliki kegiatan-kegiatan di sekolah
antara lain membantu menempatkan anak dalam kelompok belajar, dan lain-lain.
b.
Fungsi penyesuaian ( adjustif )
Fungsi penyesuaian ialah
fungsi bimbingan dalam membantu siswa untuk memperoleh penyesuaian pribadi yang
sehat. Dalam berbagai teknik bimbingan khususnya dalam teknik konseling, siswa
dibantu menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan kesulitan-kesulitannya.
Fungsi ini juga membantu siswa dalam usaha mengembangkan dirinya secara
optimal.
c.
Fungsi adaptasi ( adaptif )
Fungsi adaptasi ialah
fungsi bimbingan dalam rangka membantu staf sekolah khususnya guru dalam
mengadaptasikan program pengajaran dengan ciri khusus dan kebutuhan pribadi
siswa-siswa. Dalam fungsi ini pembimbing menyampaikan data tentang ciri-ciri,
kebutuhan minat dan kemampuan serta kesulitan-kesulitan siswa kepada guru.
Dengan data ini guru berusaha untuk merencanakan pengalaman belajar bagi para
siswanya. Sehingga para siswa memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
bakat, cita-cita, kebutuhan dan minat (Sugiyo, 1987:14)
4.
Prinsip-prinsip Bimbingan Konseling
Prinsip merupakan paduan
hasil kegiatan teoretik dan telaah lapangan yang digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan sesuatu yang dimaksudkan (Prayitno, 1997:219). Berikut ini
prinsip-prinsip bimbingan konseling yang diramu dari sejumlah sumber, sebagai
berikut:
a.
Sikap
dan tingkah laku seseorang sebagai pencerminan dari segala kejiwaannya adakah
unik dan khas. Keunikan ini memberikan ciri atau merupakan aspek kepribadian
seseorang. Prinsip bimbingan adalah memperhatikan keunikan, sikap dan tingkah
laku seseorang, dalam memberikan layanan perlu menggunakan cara-cara yang
sesuai atau tepat.
b.
Tiap individu mempunyai perbedaan serta
mempunyai berbagai kebutuhan. Oleh karenanya dalam memberikan bimbingan agar
dapat efektif perlu memilih teknik-teknik yang sesuai dengan perbedaan dan
berbagai kebutuhan individu.
c.
Bimbingan pada prinsipnya diarahkan pada suatu
bantuan yang pada akhirnya orang yang dibantu mampu menghadapi dan mengatasi
kesulitannya sendiri.
d.
Dalam suatu proses bimbingan orang yang
dibimbing harus aktif , mempunyai bayak inisiatif. Sehingga proses bimbingan
pada prinsipnya berpusat pada orang yang dibimbing.
e.
Prinsip referal atau pelimpahan dalam bimbingan
perlu dilakukan. Ini terjadi apabila ternyata masalah yang timbul tidak dapat
diselesaikan oleh sekolah (petugas bimbingan). Untuk menangani masalah tersebut
perlu diserahkan kepada petugas atau lembaga lain yang lebih ahli.
f.
Pada tahap awal dalam bimbingan pada prinsipnya
dimulai dengan kegiatan identifikasi kebutuhan dan kesulitan-kesulitan yang dialami
individu yang dibimbing.
g.
Proses bimbingan pada prinsipnya dilaksanakan
secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan yang dibimbing serta kondisi
lingkungan masyarakatnya.
h.
Program bimbingan dan konseling di sekolah harus
sejalan dengan program pendidikan pada sekolah yang bersangkutan. Hal ini
merupakan keharusan karena usaha bimbingan mempunyai peran untuk memperlancar
jalannya proses pendidikan dalam mencapai tujuan pendidikan.
i.
Dalam
pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah hendaklah dipimpin oleh
seorang petugas yang benar-benar memiliki keahlian dalam bidang bimbingan. Di
samping itu ia mempunyai kesanggupan bekerja sama dengan petugas-petugas lain
yang terlibat.
j.
Program bimbingan dan konseling di sekolah
hendaknya senantiasa diadakan penilaian secara teratur. Maksud penilaian ini
untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan manfaat yang diperoleh dari
pelaksanaan program bimbingan. Prinsip ini sebagai tahap evaluasi dalam layanan
bimbingan konseling nampaknya masih sering dilupakan. Padahal sebenarnya tahap
evaluasi sangat penting artinya, di samping untuk menilai tingkat keberhasilan
juga untuk menyempurnakan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling
(Prayitno, 1997:219).
5.
Kegiatan BK dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
Berdasakan Pedoman
Kurikulum Berbasis Kompetensi bidang Bimbingan Konseling (2004) dinyatakan
bahwakerangka kerja layanan BK dikembangkan dalam suatu program BK yang
dijabarkan dalam 4 (empat) kegiatan utama, yakni:
a.
Layanan dasar bimbingan
Layanan dasar bimbingan
adalah bimbingan yang bertujuan untuk membantu seluruh siswa mengembangkan
perilaku efektif dan ketrampilan-ketrampilan hidup yang mengacu pada
tugas-tugas perkembangan siswa.
b.
Layanan responsif adalah layanan bimbingan yang
bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan yang dirasakan sangat penting oleh
peserta didik saat ini. Layanan ini lebih bersifat preventik atau mungkin
kuratif. Strategi yang digunakan adalah konseling individual, konseling
kelompok, dan konsultasi. Isi layanan responsif adalah:
(1)
bidang pendidikan;
(2)
bidang belajar;
(3)
bidang sosial;
(4)
bidang pribadi;
(5)
bidang karir;
(6)
bidang tata tertib SMA;
(7)
bidang narkotika dan perjudian;
(8)
bidang perilaku sosial, dan
(9)
bidang kehidupan lainnya.
c.
Layanan perencanaan individual adalah layanan bimbingan
yang membantu seluruh peserta didik dan mengimplementasikan rencana-rencana
pendidikan, karir,dan kehidupan sosial dan pribadinya. Tujuan utama dari
layanan ini untuk membantu siswa memantau pertumbuhan dan memahami perkembangan
sendiri.
d.
Dukungan sistem, adalah kegiatan-kegiatan
manajemen yang bertujuan memantapkan, memelihara dan meningkatkan progam
bimbingan secara menyeluruh. Hal itu dilaksanakan melalui pengembangaan
profesionalitas, hubungan masyarakat dan staf, konsultasi dengan guru, staf ahli/penasihat,
masyarakat yang lebih luas, manajemen program, penelitian dan pengembangan
(Thomas Ellis, 1990)
Kegiatan utama layanan
dasar bimbingan yang responsif dan mengandung perencanaan individual serta
memiliki dukungan sistem dalam implementasinya didukung oleh beberapa jenis
layanan BK, yakni:
1. Layanan
pengumpulan data,
2. layanan
informasi,
3. layanan
penempatan,
4. layanan
konseling,
5. layanan
referal/melimpahkan ke pihak lain, dan
6. layanan
penilaian dan tindak lanjut (Nurihsan, 2005:21).’
6.
Peran Guru BK di SMA
Implementasi
kegiatan BK dalam pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi sangat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar. Oleh karena itu peranan guru kelas dalam
pelaksanaan kegiatan BK sangat penting dalam rangka mengefektifkan pencapaian
tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Sardiman (2001:142)
menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan BK, yaitu:
a.
Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana
cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi
kegiatan akademik maupun umum.
b.
Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan
akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c.
Motivator, guru harus mampu merangsang dan
memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa,
menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan
terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d.
Director, guru harus dapat membimbing dan
mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e.
Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam
proses belajar-mengajar.
f.
Transmitter, guru bertindak selaku penyebar
kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g.
Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau
kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h.
Mediator,
guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i.
Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya,
sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
BAB III
PENUTUP
1.
Simpulan
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah sangat penting sekali. Sejalan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Guru Bimbingan Konseling mempunyai peran yang sentral dalam kegiatan BK. Peran tersebut mencakupi peran sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Peran tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaan Bimbingan Konseling di Sekolah Menengah sangat penting sekali. Sejalan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Guru Bimbingan Konseling mempunyai peran yang sentral dalam kegiatan BK. Peran tersebut mencakupi peran sebagai informator, organisator, motivator, director, inisiator, transmitter, fasilitator, mediator, dan evaluator. Peran tersebut tidak dapat berjalan sendiri-sendiri, namun merupakan sebuah sistem yang saling melengkapi dalam kegiatan Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah.
2.
Saran
Mewujudkan peran guru Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan kegiatan BK di SMA bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dikarenakan, di SD tidak memiliki Guru Pembimbing. Guru kelas memiliki tanggung jawab ganda, di samping mengajar juga membimbing. Oleh karena itu, guru kelas hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan BK sehingga memiliki wawasan yang mendalam terhadap kegiatan-kegiatan BK di Sekolah.
Mewujudkan peran guru Bimbingan Konseling dalam pelaksanaan kegiatan BK di SMA bukanlah hal yang mudah. Hal tersebut dikarenakan, di SD tidak memiliki Guru Pembimbing. Guru kelas memiliki tanggung jawab ganda, di samping mengajar juga membimbing. Oleh karena itu, guru kelas hendaknya meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pelaksanaan kegiatan BK sehingga memiliki wawasan yang mendalam terhadap kegiatan-kegiatan BK di Sekolah.
- Said,
Bustami . Buku Ajar Prinsip – Prinsip Pengelolaan Pembelajaran. Pamekasan
: Stain Pamekasan Press, 2006
- Syah,
Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2007
[1] Bustami Said, Buku Ajar Prinsip-Prinsip Pengelolaan Pembelajaran,
(Pamekasan : Stain Pamekasan Press, 2006), hlm., 55
[2] Muchlis Shalihin, Buku Ajar Psikologi Belajar PAI, (Pamekasan :
Stain Pamekasan Press, 2006), hlm., 58
[9] Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Kesulitan Belajar, (Jakarta
: Rineka Cipta, 2003), hlm., 118
[10] Ahmadi, Psikologi Belajar, hlm., 97 -
100
Thank's Infonya Bray .. !!!
BalasHapuswww.bisnistiket.co.id